Jumat, 08 Februari 2008

MEMILIH PIGURA UNTUK PHOTO ATAU LUKISAN

"Pastikan Anda Mendapatkan Garansi Anti Rabuk Selamanya (Apabila bingkai berabuk / dimakan rayap, diganti gratis) untuk setiap pembelian bingkai Anti Rabuk di Toko Kami. "

Menyambung pada tulisan kami sebelumnya mengenai Pigura Anti Rabuk, kami merasa perlu untuk melengkapi tulisan sebelumnya karena menyadari ada beberapa hal seperti istilah-istilah dalam Pigura yang bagi kebanyakan orang tidak mengerti sehingga akhirnya salah dalam pembelian pigura.

Secara umum komponen dalam Pigura adalah sebagai berikut:

1. Pigura Luar
2. Pigura dalam(Lenen / Mat-Board)
3. Obyek yang dipigura
4. Tripleks
5. Spanram
6. Kaca




1. Pigura Luar
Pigura Luar adalah bagian terluar yang sering disebut orang sebagai "PIGURA". Tergantung dari jenis bahan dan motifnya pigura luar inilah yang menjadi "eye capture utama" dari obyek yang dipigura

2. Pigura Dalam
Pigura Dalam adalah "Pigura ke-2" setelah pigura luar yang berfungsi sebagai pemanis tambahan. Beberapa orang karena selera terkadang tidak menggunakan pigura dalam. Tapi bagi sebagian orang lainnya senang menggunakan pigura dalam karena obyek yang dipigura menjadi tampak lebih menarik. Pigura dalam sendiri terbagi menjadi 2 yaitu : "LENEN" dan " MAT BOARD".

LENEN adalah kayu pigura motif minimalis dengan warna putih kearah kelabu dengan tepi berwarna emas atau silver dengan lebar antara 3,5 bahkan 7 cm. Lenen sendiri dalam kenyataan mempunyai banyak bentuk ada yang dilapisi oleh wall paper, beludru ataupun polos. Biasanya untuk lenen anti rabuk mempunyai motif polos. Karena sifatnya sebagai pemanis tambahan, terkadang orang menggunakan beberapa motif Pigura Luar sebagai Lenen dan menggunakan motif lainnya sebagai Pigura Luar.

MAT BOARD adalah sejenis kertas yang berfungsi memberikan jarak obyek yang dibingkai (biasanya photo) supaya tidak bersentuhan langsung dengan kaca dengan ketebalan sekitar 1.5mm. Biasanya MAT BOARD dipotong dengan kemiringan tertentu dengan alat khusus sehingga memberikan kesan yang lebih menarik. Karena harganya yang relatif mahal beberapa pengrajin pigura mengganti MAT BOARD ini dengan KERTAS KARTON. Tentu saja hasil yang dicapai tidak seoptimal apabila menggunakan MAT BOARD.
Obyek yang menggunakan Mat Board sebagai pemanis biasanya adalah Photo yang dicetak pada kertas photo serta piagam.

3. OBYEK YANG DIPIGURA
Obyek yang dipigura bisa berupa Photo, Lukisan, Kain Tapis, Gajah Thailand, Kain Sutra, Kristik, Puzzle, Piagam dan lain-lain.

4. TRIPLEKS
Kayu Tripeks digunakan untuk membentang obyek yang terbuat dari kertas dan kain agar terlihat lebih menarik serta melindunginya dari benturan dari belakang.

5. SPANRAM
Spanram digunakan untuk membentang obyek-obyek yang terbuat dari kain kanvas.


6. KACA
Kaca dipakai sebagai pemanis dan biasanya dipakai pada Photo yang di cetak pada kertas, Piagam serta Tapis. Kaca sendiri terbagi menjadi dua yaitu kaca doff dan kaca biasa. Penggunaan secara umum mengarah pada penggunaan kaca doff, karena tidak memantulkan cahaya, akan tetapi untuk Tapis GAJAH THAILAND, secara umum orang menggunakan kaca biasa karena ornamen yang ada pada Tapis akan terlihat lebih jernih.

Jadi apa obyek yang akan anda bingkai? Photo, Lukisan, Tapis atau Piagam? Berbentuk Kertas atau Kain? Hendak menggunakan Lenen atau Mat board? Apakah hendak menggunakan Pigura Anti Rabuk?

Rabu, 23 Januari 2008

PHOTO FRAMING TIPS - PHOTO HANGING TIPS

Once you have gone through the trouble of restoring a precious old family photograph you probably will want to frame and hang it were it can be appreciated. Here are a few things to consider first.

DO YOU HAVE A BACK-UP DIGITAL PHOTO FILE OR NEGATIVE?

Make sure that you get, and safely store away, a digital photo file or negative of all important photographs. In this way you will be able to replace the photo if anything bad happens. Image Master always provides a digital photo file with each restoration.

STORE BOUGHT READY MADE PHOTO FRAMES AND MATS

Ready made frames are inexpensive but usually come in a limited number of standard sizes such as 4x6, 5x7 or 8x10. They may or may not include a mat board. For example an 8x10 frame will accommodate an 8x10 photo without a mat or a 5x7 picture with a mat. Most photo stores carry a selection of mats and frames.

These frames are great if you are able to print your photo at one of the default sizes. However, many older pictures were taken in non standard sizes. It may be necessary to take your picture to a photo framing store and have them make a custom frame and mat.

PHOTO MAT BOARD - ENHANCE PHOTO

Although it is not necessary to have a mat board, it is highly recommended that you use one. A mat will enhance most photos and help draw the eye to the framed image.

Mat colors should not over power the picture. It should be neutral in color and have less color intensity than the subject. Wide mats are preferable. The mat boarder width should not equal the frame width. Additional mats underneath the top mat can be used to add accent colors.

PHOTO MAT BOARD - PROTECT PHOTO

Mat boards also perform the important task of keeping the photo separate from the glass surface. Moisture will condense if there is no air gap, and could lead to mildew and mold. It could also cause the photograph to stick to the glass surface.

It is best to use an acid-free mat board. This will ensure that your precious photo is not damaged.

PHOTO FRAMING STORES

A more expensive option is to take your photograph to a professional at a local Photo Framing Store and let them do the work for you. The advantage to this is that they can advise you as to what frame and mat combination is most suitable. They can also advise you regarding your options of preservation through the use of special mats and glass.

PHOTO HANGING LOCATION CONSIDERATIONS

Always hang pictures were they will not be exposed to direct sunlight. Photos will be damaged by heat, ultraviolet light rays, and high humidity.

If you must hang a photo in a high light area, consider using “Conservation Glass” which is designed to block most of the damaging UV light.

Do not hang photographs over a heat source or in a high humidity area such as a bathroom.

PHOTO HANGING LEVEL CONSIDERATIONS

Hang at eye-level. However, if more time is spent sitting in the room as apposed to standing, hang lower.

It is best to hang photos on a small wall or in a hallway or corridor. In this way they can be viewed and appreciated close up.

Source : http://www.imphotorepair.com

Senin, 21 Januari 2008

THE BEAUTY OF TAPESTRY

Ornate motifs of animals, flowers, geometric shapes and stylized forms of boats and dragons embellished with golden threads on woven cloth, are produced in the town of Bandar Lampung in South Sumatera.

These handicrafts are unique to Lampung where the cottage industries have over the centuries produced the tapestry known as tapis that is hand-embroidered using golden threads from India, just like the days of yore.

The tapis was previously used by members of the royal court and dignitaries.

The heavily embroidered tapis is a weighty material. Today, it is used only for special occasions like weddings, with the shimmer of gold adding glamour and grandeur to the event.

The tapis is also used as wall-hangings with frame.

Most of the sewing is done by hand, as the product is finer and of better quality, particularly if the designs are tiny and intricate. They are more sought after than the machine-sewn ones.

Some tapis are interwoven with pieces of mirror, quite similar to the embroidery work produced in India. The cultural influence of India through maritime trade across the Indian Ocean in centuries past, lives on today in the craftsmanship of the tapis.

The designs of the tapis are also rather similar to the patterns produced by weavers in Thailand, Laos and Cambodia, which had cultural contacts with the Hindu kingdom of Sriwijaya that ruled Sumatera in the 8th century.


How to Get There

Merpati Nusanatara Airlines has two flights a day from Jakarta to Bandar Lampung and vice-versa. It is best to take the first flight out at 7 am, arriving at Bandar Lampung at 7.40 am. The drive from the airport to town is about half an hour.

By this time, the tapestry stores and production centres would be open, especially those located at the market.

Bandar Lampung is a small town, so it would take you only a few hours to finish your tapestry shopping and enough time to head back to the airport to catch the next flight back to Jakarta at 4 pm or leave the following day on the 10 am flight.


Where to Stay

If you wish to have an overnight stay in Bandar Lampung, there is the 4-star Sheraton Lampung with rooms going for US$40, inclusive of breakfast. Or the 3-star Hotel Indrapuri with rooms priced at US$30 inclusive of breakfast.



Source : ASEAN Secretariat

Kain tapis

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Masyarakat lampung asli memiliki struktur adat yang tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun.

Masyarakat Lampung berdasarkan ikatan kekerabatannya dapat dibagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil, yang lazimnya disebut Buay/Kebuayan.

Suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin terdiri dari :

1. Paksi Pak Sekala Brak {Sekala Brak Empat Paksi)
2. Krui Marga Pitu (Krui Tujuh Marga}
3. Komring Buay Lima {Komring Lima Kebuayan}
4. Peminggir Semaka
5. Melinting

Suku bangsa Lampung yang beradat Pepadun dapat digolongkan menjadi :

1. Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga)
2. Tulang Bawang Mego Pak (Tulang Bawang Empat Marga)
3. Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku)
4. Buay Lima Way Kanan (Way Kanan Lima Kebuayan)
5. Sungkay Bunga Mayang


Berdasarkan pembagian penduduk yang serba mendua ini maka Lampung dikenal sebagai Propinsi Sang Bumi Ruwa Jurai yang dapat diartikan "Bumi Yang Dua Dalam Kesatuan."

Di daerah Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat yaitu Kain Tapis Lampung.


Pengertian Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.


Sejarah Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 1700.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.


Jenis Tapis Lampung Menurut Asal dan Pemakaiannya


Jenis Tapis Lampung Menurut Asalnya


Beberapa kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir :

Tapis Inuh Tapis Cucuk Andak Tapis Semaka Tapis Kuning Tapis Cukkil Tapis Jinggu

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Laut Linau Tapis Raja Medal Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Handak Tapis Tuho Tapis Sasap Tapis Lawok Silung Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :

Tapis Jung Sarat Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Halom/Gabo Tapis Kaca Tapis Kuning Tapis Lawok Halom Tapis Tuha Tapis Raja Medal Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:

Tapis Dewosano Tapis Limar Sekebar Tapis Ratu Tulang Bawang Tapis Bintang Perak Tapis Limar Tunggal Tapis Sasab Tapis Kilap Turki Tapis Jung Sarat Tapis Kaco Mato di Lem Tapis Kibang Tapis Cukkil Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :

Tapis Rajo Tunggal Tapis Lawet Andak Tapis Lawet Silung Tapis Lawet Linau Tapis Jung Sarat Tapis Raja Medal Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung Tapis Cucuk Andak Tapis Balak Tapis Pucuk Rebung Tapis Cucuk Semako Tapis Tuho Tapis Cucuk Agheng Tapis Gajah Mekhem Tapis Sasap Tapis Kuning Tapis Kaco Tapis Serdadu Baris


Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya :

Tapis Jung Sarat

Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak

Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget).

Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak

Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.

Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.

Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung


Bahan Dasar Tapis Lampung

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakan peralatan-peralatan sebagai berikut :

Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat : Terikan (alat menggulung benang) Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) Belida (alat untuk merapatkan benang) Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) Guyun (alat untuk mengatur benang) Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) Amben (alat penahan punggung penenun) Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Source: Wilkipedia Indonesia

Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme


Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

Aliran lain

* Ekspresionisme
* Impresionisme
* Fauvisme
* Neo-Impresionisme
* Realisme
* Naturalisme
* De Stijl

Beberapa Pelukis Indonesia
* Affandi
* Agus Djaya
* Basuki Abdullah
* Djoko Pekik
* Dullah
* Hendra Gunawan
* Herry Dim
* Jeihan
* Kartika Affandi
* Lee Man Fong
* Otto Djaya
* Popo Iskandar
* Raden Saleh
* S. Sudjojono
* Srihadi
* Sri Warso Wahono
* Trubus

Source: Wilkipedia

Bunga


Title : Bunga
Code : C-023
Size : 75 x 150 cm
Media : Oil on Canvas
Need More Information ? (price & detail picture)? e-mail us

Pasar Desa


Title : Pasar Desa
Code : C-022
Size : 80 x 140 cm
Media : Oil on Canvas
Need More Information ? (price & detail picture)? e-mail us